BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 19 Maret 2011

REALITA KEHIDUPAN " PERNIKAHAN BEDA AGAMA"

Salah satu yang mencengangkan dewasa ini adalah permasalahan perkawinan beda agama. Penulis sudah mengadakan pengamatan di berbagai keluarga yang memeluk agama berbeda. Ada yang memilih untuk tetap menjadi Hindu meskipun istri/suaminya beragama lain. Adayang memilih untuk memeluk agama suami. Tapi di antara perkawinan  jenis ini, “paid bangkung” yang paling menyedihkan, paling tidak punya jati diri.
Ada sebuah keluarga yang ujungujungnya cerai karena meskipun perkawinannya dilangsungkan secara Islam, akan tetapi pihak keluarga Hindu tetap melakukan upacara secara Hindu “agar adil” katanya dan dapat mepamit di sanggah kemulan.

Dan ini kisah perkawinan yang melibatkan tiga agama, yaitu Islam, Kristen dan Hindu. Duduk persoalannya sebagai berikut: si perempuan, beragama Kristen, kawin dengan seorang laki-laki yang bergama Islam. Setelah memiliki anak dua, karena tidak mampu mempengaruhi suaminya untuk pindah ke Kristen, memilih untuk mencari pasangan lain meski masih terikat hubungan dengan suaminya.

Kali ini dipilih seorang pria Hindu, perpisahan melanda keluarga yang berlatar belakang Islam dan Kristen. Kedua-duanya tetap berkeinginan agar anak-anak mereka memeluk agama mereka masing-masing, toh akhirnya kedua anak mereka dilarang berat untuk pergi bersembahyang ke Gereja. Yang pengaruhnya paling kuat adalah dari paman-pamannya yang beragama Islam dan cukup rajin dalam mengaji.

Dikemudian hari, anak-anak mereka tumbuh besar, setelah dua puluh tahun mereka menapaki perkuliahan terbebas dari kungkungan orang tua, tapi tetap saja mereka pulang dipaksa untuk mengaji di mushola. Kini kedua anak itu tidak terurus, apalagi yang bontot, sering mabuk-mabukan, di suruh kuliah enggan, lebih memilih untuk tinggal di kota, sabu-sabu-pun diganyang juga.

Bahkan demi melihat anak-anak mereka, sebut saja namanya Yani dan Herwin memeluk agama Kristen, ketika mereka berdua bersekolah SMA di Sulawesi Tengah. Setamat sekolah mereka kembali ke kampungnya, dan kembali lagi menjadi Islam. Ini baru betul-betul seorang bapak yang kuat dalam memegang agama. Tiga tahun mengenyam pendidikan kekristenan, anak-anaknya bisa kembali lagi menjadi Islam.

Sayang pada akhirnya, si Yani memilih untuk memeluk agama Kristen sampai akhirnya melangsungkan perkawinan, sedangkan si Herwin tidak begitu fanatik dengan agama, malah mencaci kedua orang tua mereka karena sering bertengkar mengenai agama mereka. Sang ibu semakin pusing dibuatnya, hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai.

Kini dia bersama-sama dengan lelaki Hindu, lima tahunan tidak dianugrahi seorangpun anak. Laki-lakinya yang berasal dari keturunan Sang mungkin bosan tiap hari diceramahi terus, diajak untuk memeluk Kristen, dirayu agar mau pergi ke Gereja sembahyang sekali saja. Lima tahun setelah itu, Sang menjadi kalap dan pergi ke Bali dengan alasan dipanggil keluarga
di Bali.

Sejak tahun 2006, Sang tidak kunjung pulang ke Sulawesi, tahun 2007 istrinya mencarinya ke Bali. Dua tahunan tidak pulang Sang rupanya sudah memperistri seorang wanita dari Bali yang lebih ayu dan memang bernama Ayu. Rupanya jalan yang ditempuh ini diberikan oleh seorang pengurus Parisada di Sulawesi sana; yang pernah dimintai solusi tentang masalah keluarganya, dan memintanya agar pergi ke Bali.

Diketahui suaminya sudah melakukan perkawinan lagi, istri yang beragama Kristen menggugat perkawinan suaminya ke Pengadilan Negeri Bangli. Tapi lama tidak mendapatkan tanggapan, lantaran kasusnya sebagaian besar terjadi di Sulawesi. Pengadilan Negeri Bangli memutuskan untuk menyerahkannya kepada Pengadilan di Sulawesi. Perkara dimenangkan oleh sang istri, tapi Sang tetap menjadi seorang Hindu bersama keluarga barunya di Bali. Hartanya di Sulawesi, sebagai harta gono-gini jatuh ke tangan
si istri lama.

Ibu yang beragama Kristen ini nekat sekali di dalam menyebarkan agama Kristen di desa transmigrasi, namun hasilnya nol, karena masyarakat transmigran ini memang sudah terikat oleh adat. Sepuluh tahun lebih baru perempuan gigih ini hanya mendapatkan pengikut satu orang, itupun lantaran terikat perkawinan, yaitu seorang putri Bali berpindah agama, karena seorang laki-laki suku asli yang sudah beragama Kristen meminangnya.

Proses peminangannya berlangsung alot. Parisada Desa dan Pengurus Adat yang sudah tahu akan terjadi hal pindah agama, kompak mengadakan perombakan awig-awig terutama tentang pindah agama: setiap orang yang berpindah agama akan dikenakan denda adat sebesar lima juta rupiah, dan bila meninggal dunia, tidak akan mendapatkan lahan kuburan sedikitpun, penguburannya diserahkan ke agama yang bersangkutan.

Hendaknya pengurus adat di Bali segera perombakan awig-awig, agar mengandung ketentuan tentang perpindahan agama, bukan hanya perpindahan penduduk saja.
=============================================================================================================

dikutip dengan berbagai penggubahan dari "koresponden media hindu Denpasar".

Kamis, 10 Februari 2011

TAJUK RENCANA,KOMPAS 07 FEBRUARI 2011

TAJUK RENCANA

Pemberantasan Korupsi Terancam

Sekurang-kurangnya untuk fase sekarang, kecemasan itu yang kita rasakan. Pemberantasan korupsi terancam gagal. Sungguh ironis dan kontradiktif. Mengapa perasaan itu muncul? Kecemasan akan terancam gagalnya pemberantasan korupsi justru muncul saat langkah-langkah pemberantasan sedang mencapai periode klimaks. Apa dasar pendapat itu? kita saksikan pemerintah telah menegaskan komitmennya menuntaskan kasus perpajakan yang dilakukan Gayus Tambunan. Di antara komitmen itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menugaskan Wapres Boediono mempelajari secara komprehensif, termasuk mengambil langkah selanjutnya. Presiden mengatakan tidak saja menegaskan komitmennya untuk memberantas korupsi, tetapi juga siap melakukan tindak lanjut yang diperlukan. Jaksa Agung dan Kapolri bekerja sama dan bersinergi dengan KPK berkonsultasi dan akan mengambil tindakan konkret. Partai politik, antara lain lewat wakilnya di DPR, juga mengentakkan kembali komitmen dan kewibawaannya memberantas korupsi. Rakyat melalui berbagai forum menunjukkan kebulatan tekad dan dukungan. Korupsi sebagai fakta dan masalah akhir-akhir ini juga diungkapkan dengan fakta dan angka. Sebut, misalnya, fakta dan angka tentang 17 gubernur yang masih menjabat ataupun mantan gubernur serta pejabat lain di daerah di Indonesia yang terlibat korupsi, bahkan sudah menjadi tersangka. Jumlah dan beragam kasusnya membuat kita geleng-geleng kepala, sakit hati, sekaligus kecil hati. Perasaan prihatin dan gundah bertambah ketika KPK menahan sejumlah anggota DPR 1999-2004 dari beberapa fraksi. Tuduhan terhadap politisi anggota DPR itu sudah lama tersiar dan diketahui masyarakat. Sekalipun sudah lama diketahui, reaksi publik membangkitkan rasa prihatin yang mendalam dan meluas. Meski sebagai kabar-kabur sudah lama beredar, perasaan ”kaget” terasa kuat tatkala berita itu dibuka dengan ditangkapnya sejumlah politisi yang juga anggota DPR. Sementara itu, tampil pula suatu reaksi subyektif dan solider dari politisi satu partai, terutama dari sesama anggota DPR. Reaksi disertai semacam sikap dan aksi yang menimbulkan tanda tanya. Contohnya seberapa jauh reaksi sementara anggota DPR itu disertai rasa solidaritas. Sekurang-kurangnya dipertanyakan sikap Komisi III DPR menolak kehadiran dua unsur pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, dalam rapat DPR dengan KPK. Seberapa jauh dipengaruhi oleh ditahannya anggota DPR yang terlibat kasus cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. Apa yang kita khawatirkan dari perkembangan tersebut? Kita khawatir seberapa jauh kasus itu dan juga kasus seperti Bank Century bisa memengaruhi kebulatan tekad publik untuk benar-benar dan secara konsisten serta konsekuen memberantas korupsi? Kita cemas dan khawatir jika kebulatan tekad dan komitmen itu surut lagi dan terbagi-bagi lagi kebulatan tekad kita bersama.

***
Soal Arah Pergolakan Timteng
 
Arah pergolakan di Timur Tengah masih sulit diramalkan, tetapi mulai dibandingkan dengan situasi di Eropa Timur akhir dasawarsa 1980-an. Mungkinkah skenario perubahan di Eropa Timur sekitar 30 tahun lalu akan terulang di kawasan Timteng? Tidak ada yang berani meramalkan. Gerakan prodemokrasi di Eropa Timur merontokkan satu per satu kekuasaan komunisme. Uni Soviet pun ambruk dan Perang Dingin berakhir. Perubahan besar menerjang semua negara Eropa Timur, tanpa terkecuali. Dunia terkesima atas perkembangan yang berlangsung di luar dugaan itu. Gelombang perubahan seperti menggulung ibarat tsunami sejak Tembok Berlin dirobohkan pada 1989. Bagaimana dengan Timteng? Kawasan Timteng tidak mempunyai pusat gravitasi politik seperti Tembok Berlin. Para pengamat menyatakan, Kairo bukanlah Berlin. Tunis, ibu kota Tunisia, tidak bisa disamakan dengan Berlin. Begitu juga Sana’a, ibu kota Yaman. Meski banyak perbedaan, tuntutan reformasi dan demokratisasi di beberapa negara Timteng saat ini praktis sama kerasnya seperti di Eropa Timur akhir dasawarsa 1980-an. Gemuruh seruan itu benar-benar mengusik dan menggetarkan semua pemimpin di kawasan Timteng yang umumnya memerintah secara tidak demokratis. Apalagi kaum demonstran tidak hanya menuntut reformasi dan demokratisasi, tetapi juga pengunduran diri para pemimpin otoriter dan korup. Persoalan berikutnya tentu saja menyangkut pemindahan kekuasaan yang diharapkan akan memberikan ruang bagi proses demokratisasi dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. Tidak sedikit pula yang mencemaskan kemungkinan militer atau kaum ekstremis membajak gerakan rakyat di Mesir atau negara-negara tetangganya untuk mengambil alih kekuasaan. Jika hal itu sampai terjadi, proses demokratisasi kembali sulit dilaksanakan. Persoalan lebih pelik dan krisis diperkirakan akan berkepanjangan. Pesimisme memang mulai muncul ketika rakyat Mesir tidak kompak dalam gerakan prodemokrasi dan menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak. Rakyat Mesir terkesan mudah diadu domba sehingga muncul kelompok pendukung dan penentang Mubarak. Kenyataan itu memperlihatkan situasi kontras dengan gerakan di Eropa Timur yang memang memiliki latar belakang budaya, mentalitas, dan kondisi persoalan yang berbeda. Atas pertimbangan itu, apa yang cocok di Eropa Timur belum tentu sesuai dengan kondisi Timteng. Bangsa-bangsa Timteng diharapkan dapat menemukan jalannya sendiri menuju proses demokratisasi. Sebagai tantangan mendesak tentu saja, bagaimana pergolakan di Mesir dan para tetangganya saat ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan memburuk, yang dapat membawa risiko pertumpahan darah lebih banyak.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

kesimpulan dan pendapat :

pemberantasan korupsi terancam
---------------------------------------
pembantasan korupsi pada negeri ini terancam gagal, kecemasan akan kegagalan dalam pemberantasan korupsi terjadi saat langkah langkah pemberantasaan mencapai tahap puncak. menurut pendapat saya sendiri,pemberantasan korupsi harus dilakukan berdasarkan jalur hukum dan tidak memandang siapa saja pelaku kejahatan korupsi,kebanyakan pemerintah tidak tegas menindak korupsi karena masih sering memandang status pertemanan dan materi yang menjadi pemenangnya. contoh dalam masalah Gayus Tambunan,mengapa sampai sekarang biang dari kejahatan korupsi yang dilakukan Gayus tidak dapat di ketahui? karena tidak ada satu pun pemerintah yang menindak tegas masalah ini,karena mereka mudah di iming imingi materi yang dimiliki oleh Gayus Tambunan. pemerintah harus bertindak lebih tegas,pemerintah pun harus bisa mengesampingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan bersama. dengan merajalela korupsi di negeri ini,maka kehidupan di negara Indonesia ini pun tak akan maju. yang kaya bertambah kaya dan yang susah semakin susah.


soal arah pergolakan timteng
----------------------------------
protes atas penurunan jabatan presiden mesir yang memerintah selama lebih dari 30 thn,merupakan protes warga mesir yang meminta kebijakan demokrasi dan tuntutan reformasi pada pemerintah yang  selama ini memerintah secara tidak demokratis. protes warga mesir juga menginginkan turunnya Husni Mubarak dan para pemimpin pemimpin yang korup dan otoriter. pendapat saya terhadap masalah ini,harus adanya persatuan warga yang memang menginginkan terjadi nya perdamaian dan demokratisasi pada negara tersebut. pemerintah pun harus mendengarkan suara yang di kleuarkan oleh rakyat jika dirasa kondisi negara sudah tidak memungkin kan dan kondusif untuk di lakukannya pertahanan pemerintahan.

Senin, 03 Januari 2011

CONTOH PARAGRAF DEDUKTIF ( NPM GANJIL)

PARAGRAF :

Pada hakekatnya pekerja adalah aset perusahaan yang perlu mendapat perlindungan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjanya. Pada masa lalu program keselamatan kerja bersifat mengatasi kecelakaan yang sudah terjadi tetapi sekarang lebih bersifat preventif yakni memperkirakan apa yang akan terjadi. Bila akibat kerja dapat dihindarkan perlu dilakukan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pekerja yang mengalami cacat kerja akan dievaluasi serta ditetapkan tingkat kecocokannya sebelum menerima Jamsostek. Selanjutnya pekerja akan diberikan tawaran asuransi selain asuransi untuk dirinya juga keluarganya.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu pekerja adalah aset perusahaan yang perlu mendapat perlindungan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjanya.

IRMA NURFAJRIATI
11108039
3 KA 20